Pengembangan pertanian organik harus
mengacu kepada prinsip – prinsip organik (prinsip kesehatan, prinsip ekologi,
prinsip keadilan dan prinsip perlindungan) agar mendapatkan hasil pangan yang
bermutu serta aman dikonsumsi.
Berdasarkan pertimbangan pelaksanaan pembangunan
pertanian di Indonesia pada saat ini, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan pertanian alternatif:
- Keragaman daur-ulang limbah organik dan pemanfaatannya untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
- Memadukan sumber daya organik dan anorganik pada sistem pertanian di lahan basah dan lahan kering.
- Mengemangkan sistem pertanian berwawasan konservasi di lahan basah dan lahan kering.
- Memanfaatkan bermacam – macam jenis limbah sebagai sumber nutrisi tanaman.
- Reklamasi dan rehabilitasi lahan dengan menerapkan konsep pertanian organik.
- Perubahan dari tanaman semusim menjadi tanaman keras di lahan kering harus dipadukan dengan pengembangan ternak, pengolahan minimum dan pengolahan residu pertanaman.
- Mempromosikan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh pertanian untuk memperbaiki citra dan tujuan pertanian organik.
- Memanfaatkan kotoran ternak yang berasal dari unggas, babi, ayam, itik, kambing, dan kelinci sebagai sumber pakan ikan.
Sesuai dengan prinsip – prinsip
pertanian organik, ada sebuah metode pengembangan pertanian yang dikenal
sebagai metode bertani ‘tanpa bekerja’ dikembangkan di Jepang oleh seorang
petani Jepang yang berlatar belakang ahli mikrobiologi (mantan seorang ilmuwan
laboraturium). Ada empat azas bertani alami yang dipraktikan, yaitu :
- Tanpa pengolahan, yaitu tanpa membajak atau membalik tanah.
Tanah sebenarnya mampu mengolah
dirinya melalui penetrasi akar – akar tumbuhan, aktivitas mikroorganisme,
binatang – binatang kecil dan cacing – cacing tanah.
- Tanpa pupuk kimia atau kompos yang dipersiapkan.
Kebutuhan pupuk untuk tanaman bisa
dipenuhi dengan tanaman penutup tanah semisal leguminose, kacang – kacangan dan
mengembalikan jerami ladang dengan ditambah sedikit kotoran unggas. Jika tanah
dibiarkan pada keadaannya sendiri, tanah akan mampu menjaga kesuburannya secara
alami sesuai dengan daur teratur dari tumbuhan dan binatang.
Jika tanah dibiarkan secara alami, maka
kesuburannya alaminya akan naik. Sisa – sisa bahan organik dari tumbuhan dan
binatang membusuk, oleh air hujan zat – zat hara masuk ke dalam tanah, diserap
tanaman dan menjadi makanan mikroorganisme.
- Tanpa menghilangkan gulma dengan pengerjaan tanah atau herbisida.
Pada dasarnya gulma mempunyai
peranan dalam menyeimbangkan komunitas biologi dalam membangun kesuburan tanah.
Gulma – gulma itu cukup dikendalikan ukan dihilangkan. Mulsa jerami, tanaman
penutup tanah, penggenangan air sementara merupakan cara pengendalian gulma
yang efektif.
- Tidak tergantung dari bahan – bahan kimia.
Ketika praktik – praktik bertani yang tidak alami
dengan pemupukan, pengolahan tanah, pemberantasan gulma maka ketidakseimbangan
penyakit dan hama menjadi masalah serius. Hama dan penyakit memang tidak
dipungkiri dapat memberi kerugian tetapi masih dalam batas – batas yang tidak
memerlukan penggunaan zat – zat kimia (pestisida). Pendekatan yang arif adalah
dengan menanam tanaman yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit pada sebuah
lingkungan yang sehat. Penggunaan bahan kimia hanya efektif untuk sementara
waktu, pada saatnya akan menyebabkan terjadinya ledakan hama yang lain karena
keseimabangan bioligis terganggu karena penggunaan bahan kimia tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar