Bahan
organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi
tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat
fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson,
1994):
1.
Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan
organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur
hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu menyediakan
unsur hara N melalui fiksasi N
dengan
cara:
-
menyediakan energi bagi bakteri penambat N
-
membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan
pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2.
Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3.
Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4.
Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5.
Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam
tanah
6.
Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7.
Meningkatkan suhu tanah
8.
Mensuplai energi bagi organisme tanah
9.
Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.
Selain
memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula memberikan dampak
yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat muncul akibat dari
penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota adalah meningkatnya
logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman, meningkatkan salinitas,
kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat bifenil, fenol,
hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam organik (propionic dan
butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997) Faktor yang mempengaruhi
pembentukan tanah juga harus diperhatikan karena mempengaruhi jumlah bahan
organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan jumlah bahan organik yang
dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah,
topografi dan sifat penyediaan hara.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat dikelompokkan dalam tiga
grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis tanaman, umur tanaman
dan komposisi kimia, 2) tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembaban, kemasaman,
dan tingkat kesuburan, dan 3) faktor iklim terutama pengaruh dari kelembaban
dan temperatur. Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang
relatif sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar
diputus atau dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di
dalamnya adalah bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak,
dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik
yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri
dari C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula
dan senyawa protein.
Dari
berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka
kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan
organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami
secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum
dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan
bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha
bahan organik tiap tahunnya. Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara
untuk mendapatkan bahan organik:
1.
Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat
memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan
organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2.
Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan
peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan
liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan
bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit
dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3.
Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari
pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam
larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari
famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9
ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6 bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar